Bissu, Sang Waria Sakti

Selasa, 21 Januari 2014

Bissu - Sang waria sakti
Bissu - Sang waria sakti
Bissu dalam pengertian suku Bugis Makassar adalah pemimpin upacara adat yang bersifat religius yang bertugas mengatur dan merawat alat-alat kerajaan dan benda-benda suci yang dikeramatkan. Bissu sebenarnya merupakan jejak budaya Bugis sebelum Islam yang masih ada hingga kini.
Fungsinya pada masa kerajaan adalah sebagai pendeta agama Bugis Kuno sebelum Islam. Bissu hampir mirip dengan waria, bedanya Bissu merupakan mereka yang sudah mati kelamin, sedangkan waria adalah seseorang yang terlahir dengan fisik laki-laki namun ingin menjadi wanita. Bissu sendiri berasal dari kata Bessi atau bersih, waria yang menjadi Bissu dianggap suci. Hal itu dikarenakan Bissu tidak berpayudara dan tidak mengalami menstruasi serta tidak menikah.

Tidak semua Bissu adalah waria, ada juga yang perempuan yaitu mereka yang menjadi Bissu saat sudah menopouse. Panggilan spiritual menjadi Bissu serta kekuatan supranatural yang mereka milikilah yang mengangkat status sosial dan derajat mereka. Bisa dikatakan mereka bukanlah sembarang waria, tapi waria sakti. Mereka juga sering dianggap sebagai manusia setengah dewa. 

Para Bissu mendayagunakan hubungan dengan dunia gaib dan bertindak sebagai media roh yang merasukinya. Setelah kerasukan barulah mereka melakukan upacara ritual. Misalnya seperti Mappalili atau upacara sebelum memulai menanam padi dan Maggiri atau ritual menikam diri sendiri. Mereka juga memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi dengan para dewata dan sesamanya.

Bissu - Ritual yang dilakukan oleh Bissu
Bissu - Ritual yang dilakukan oleh Bissu
Keberadaan Bissu sebagai benang merah kesinambungan adat dan tradisi Bugis Kuno, juga masih bertahan di Maros. Dalam jejak sejarahnya, keberadaan Bissu dan komunitasnya di Maros pada masa lampau sedikit berbeda dari kabupaten lainnya. Keberadaannya lebih berperan sebagai penjaga dan pemelihara kuburan-kuburan yang dituakan. Sebagian dari mereka merupakan pengungsi dari kerajaan Bone.

Dalam tradisi suku Bugis, para Bissu biasanya dimintai nasihat ketika persetujuan tertentu dari kekuasaan dunia batin diperlukan. Pada saat situasi itu, Bissu akan melakukan ritual pemanggilan jin yang baik untuk merasuki tubuhnya dan berbicara sebagai utusan roh. Dalam kesehariannya, Bissu bersama golongan Calabai (laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan) dan Calalai (perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki) diberi kewenangan penuh. Mereka tidak diberikan larangan untuk memasuki bagian tempat tinggal perempuan, maupun laki-laki di desa.

Keunikan dari para Bissu itu sendiri bisa dijumpai pada setiap musim tanam tiba. Mereka selalu jadi penenntu yang baik jika dibandingkan para pakar pertanian. Pun pada saat ada salah penduduk yang sakit, Bissu berperan sebagai juru pengobat. Bissu sendiri merasa kesaktian mereka itu merupakan keajaiban yang diturunkan dewata.

Memang sangat sulit dipahami secara konkret oleh masyarakat umum dan seolah menjadi misteri dalam ilmu pengetahuan. Meski begitu, Bissu telah menjadi fenomena menarik dalam peradaban Bugis Kuno dari waktu ke waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar