Candi Sukuh, Erotis Namun Menarik

Rabu, 05 Februari 2014

Belum banyak orang yang mengetahui keberadaan candi di Solo dengan oranamen-ornamennya yang terkesan erotis. Ya, Candi Sukuh di Solo merupakan candi yang sangat menarik dan sangat unik. Selain kesan erotis yang ditampilkan pada candi ini, Candi Sukuh juga memiliki bangunan yang terlihat mirip dengan piramida milik suku Maya di Amerika Tengah.

Candi Sukuh
Candi Sukuh

Tidak seperti candi Borobudur yang sudah mendunia, candi Sukuh justru kebalikannya. Bahkan masyarakat Solo sendiri pun masih banyak yang belm mengetahuinya. Mungkin hal ini disebabkan karena keberadaan candi yang terpencil yaitu di lereng gunung Lawu pada ketinggian lebih dari 1000 meter dpl. Kompleks candinya sendiri tidak begitu luas, hanya menempati sebidang tanah berundak dengan gapura yang tidak berada di tengah melainkan di sebelah kanan depan.

Sisi kanan dan kiri candi ini dihiasi dengan beberapa relief, salah satunya bergambar burung garuda yang sedang mencengkeram naga. Yang cukup mengherankan adalah relief bergambar manusia tanpa busana alias telanjang. Cukup mengejutkan memang, mengingat Indonesia sangat kental dengan norma kesusilaannya. Apalagi ini adalah candi, bangunan yang identik dengan tempat untuk beribadah. 

Candi Sukuh
Candi Sukuh
Mendekat ke candi utama, terdapat sebuah panggung batu setinggi pinggang orang dewasa. Menara batu yang berada di depannya lagi-lagi menampilkan relief yang erotis dengan sosok tanpa busana. Satu sisi menara menggambarkan relief berbentuk tapal kuda dengan 2 sosok manusia di dalamnya. Sebagian besar orang percaya bahwa relief ini menggambarkan rahim seorang wanita dengan sosok jahat di sebelah kiri dan sosok baik di sebelah kanannya. Di depan candi utama berdiri sebuah Candi Perwara. Lalu berputar ke arah kanan terdapat patung (Arca Gupala) tanpa kepala yang sedang memegang tombaknya yang lebih besar dibandingkan ukuran tubuhnya, sungguh unik!

Candi Sukuh
Candi Sukuh
Jika anda kebetulan sedang ingin mengunjungi kota Solo dan ingin berlama-lama disini, anda tidak perlu repot-repot mencari penginapan. Anda bisa menginap di hotel Sunan Solo. Salah satu Hotel Solo ini memiliki kolam renang outdoor, lounge anggur, dan layanan spa yang lengkap. Hotel ini juga menawarkan Wi-Fi dan tempat parkir gratis. Kamar-kamar kedap suara di Sunan Hotel Solo dilengkapi dengan TV kabel, fasilitas pembuat kopi/teh, dan minibar. Kamar mandi pribadinya pun dilengkapi dengan fasilitas bathtub dan shower. Anda bisa berolahraga di pusat kebugaran atau bersantai dengan teman-teman di ruang musik. Fasilitas lainnya mencakup salon kecantikan dan pusat bisnis. Sunan Hotel juga menyediakan jasa penyewaan mobil. Anda bisa menikmati makanan di Airusushi Japanese Restaurant. Minuman disajikan di Coffee & Tea Lounge. Pilihan sarapan termasuk menu lokal, Amerika, dan Eropa. Kalo kamu melakukan pemesanan sekarang, kamu akan mendapatkan diskon mulai dari 8%. The Sunan Hotel Solo hanya 6 menit berkendara dari Stasiun Kereta Balapan dan 15 menit dari Bandara Internasional Adi Sumarmo. Hotel ini juga menyediakan antar-jemput bandara gratis. Dari hotel ini anda pun bisa berkunjung ke Candi Sukuh yang sangat unik itu.
Hal lainnya yang menarik dari candi ini adalah perbedaan pada arsitekturnya. Jika kebanyakan candi dibangun dengan bentuk menyerupai gunung Meru, Candi Sukuh justru memiliki tampilan yang sederhana hanya berbentuk trapesium. Dibangun sebelum runtuhnya Kerajaan Majapahit, candi ini lebih mirip piramida suku Maya dari Amerika Tengah. Mungkinkah dua suku dari dua benua yang berbeda bisa membuat bangunan dengan arsitektur dan desain yang hampir sama? Ataukah memang ada pengaruh dari suku Maya dalam pembangunan Candi Sukuh ini?

Berbagai teori dan dugaan pun bermunculan. Salah satunya menyebutkan bahwa candi ini dibangun pada masa-masa ketika kejayaan Hindu mulai memudar, akibatnya pembangunan Candi Sukuh dibuat dengan konsep kembali ke budaya pra sejarah. Teori lain menyebutkan bahwa bentuk candi ini merupakan bagian dari cerita pencarian  Tirta Amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab pertama Mahabharata. Sebuah piramida dengan puncak yang terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang puncaknya dipotong dan digunakan untuk mengaduk lautan mencari Tirta Amerta yang bisa memberikan kehidupan abadi bagi siapapun yang meminumnya.

1 komentar